dean

Selasa, 28 Februari 2012

CONTOH SATLAN


SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Topik Bahasan  : Pengenalan BK/Orientasi BK
B. Bidang Bimbingan  : Bimbingan Pribadi
C. Jenis Layanan   : Layanan Orientasi
D. Fungsi Layanan   : Pemahaman
E. Tujuan Layanan  : Siswa Memahami BK
F. Sasaran Layaan   : Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 SungaiPenuh 
G Uraian kegiatan dan 
  Materi Layanan  : 
1.  Membuka Kegiatan
2.  Menjelaskan pengertian, tujuan, waktu, azas-azas, bentuk layanan dan tenaga
pelaksana BK.
3.  Membuka kesempatan tanya jawab 
4.  Menutup Kegiatan
H.  Metode  : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
I.   Tempat 
    Penyelenggaraan   : Di ruang kelas XI IA 2
J.   Waktu,Tgl, Semester : 5 Agustus 2007 Semester 1 (satu) 
K.  Penyelenggara 
    Layanan   : Konselor  Sekolah
L.  Pihak-pihak  yang  disertakan  dalam  penyelenggaraan  layanan  dan  peran  masing-masing : -
M.  Alat dan perlengkapan yang digunakan : White board, spidol dan makalah 
N.  Rencana penilaian dan tindak lanjut layanan : Laiseg, Laijapen, dan Laijapang. 
O.  Keterkaitan layanan ini dengan layanan/kegiatan pendukung : 
1.  Sebagai  titik  tolak  pelaksanaan  layanan  BK,  selanjutnya  sesuai      dengan  jenis
layanan yang ada.
2.  Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam layanan konseling perorangan. 
P.  Catatan Khusus   :  Siswa  memiliki  persepsi  yang  positif  terhadap  keberadaan  BK  di
Sekolah. 


SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING


A. Topik Permasalahan  : Sesuai dengan permasalahan kelompok
B. Bidang Bimbingan  : Bimbingan Pribadi dan sosial
C. Jenis Layanan   : Layanan konseling kelompok
D. Fungsi Layanan   : Pengentasan dan pengembangan.
E. Tujuan Layanan  : Memandirikan anggota kelompok
F. sasaran Layaan   : Kelompok  I  (12 orang)
G Uraian kegiatan dan 
  Materi Layanan  : 
1.  Tahap Pembentukan
2.  Tahap Peralihan
3.  Tahap Kegiatan
4.  Tahap Pengakhiran
H. Metode  : Pemanfaatan dinamika kelompok
I.  Tempat 
  Penyelenggaraan   : Di ruang BK
J. Waktu,Tgl, Semester  : 21 September 2007  Semester 1 (satu) 
K  Penyelenggara 
  Layanan   : Konselor Sekolah
L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Tidak ada 
M. Alat dan perlengkapan yang digunakan : Kursi dan Ruangan Belajar
N. Rencana penilaian dan tindak lanjut layanan : Dalam proses dan setelah konseling
kelompok.  
O. Keterkaitan layanan ini dengan layanan/kegiatan pendukung : 
AUM Umum dan AUM PTSDL
P. Catatan Khusus         :    1.   Pertemuan dilaksanakan sesuai dengan  kesepakatan
kelompok. 
    2.   Minta izin kepada Wakasek Bid. Kesiswaan

SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING


A. Topik Permasalahan  : Topik Bebas
B. Bidang Bimbingan  : Bimbingan Pribadi dan sosial
C. Jenis Layanan   : Layanan bimbingan kelompok
D. Fungsi Layanan   : Pemeliharaan, pengembangan,dan pencegahan
E. Tujuan Layanan  : Menambah cakrawala berpikir siswa tentang topik yang
dibahas.
F. sasaran Layaan   : Kelompok  II  (12 orang)
G Uraian kegiatan dan 
  Materi Layanan  : 
1.  Tahap Pembentukan
2.  Tahap Peralihan
3.  Tahap Kegiatan
4.  Tahap Pengakhiran
H. Metode  : Pemanfaatan dinamika kelompok
I.  Tempat   Penyelenggaraan   : Di ruang BK
J. Waktu,Tgl, Semester  : 17  November 2007   Semester 1 (satu) 
K  Penyelenggara  Layanan   : Konselor Sekolah
L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Tidak ada 
M. Alat dan perlengkapan yang digunakan : Kursi dan Ruangan Belajar
N. Rencana penilaian dan tindak lanjut layanan : Dalam proses dan setelah bimbingan
kelompok.  
O. Keterkaitan layanan ini dengan layanan/kegiatan pendukung : 
Data Sosiometri
P. Catatan Khusus         :  
 1.   Pertemuan dilaksanakan sesuai dengan  kesepakatan
         kelompok. 
  2.   Minta izin kepada Wakasek Bid. Kesiswaan


 SUNBER :
http://konselingindonesia.com/Download/Satuan_layanan.pdf

 

Sabtu, 11 Februari 2012

LAYANAN ORIENTASI DAN LAYANAN INFORMASI

A.  LAYANAN ORIENTASI

1.    Pengertian Layanan Orientasi

Ada beberapa versi pengertian Layanan Orientasi yang kami dapatkan dari berbagai sumber, di antaranya:
Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan kedepan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik  dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.
Layanan orientasi mempunyai fungsi sebagai usaha pengenalan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang baru bagi siswa. Pengenalan-pengenalan lain yang dapat diberikan kepada siswa seperti kurikulum baru yang diterapkan sekolah, waktu proses belajar di sekolah. Pelaksanaan layanan orientasi ini berdasar pada anggapan bahwa memasuki lingkungan baru dan mengadakan penyesuaian bukanlah hal yang mudah (Prayitno & Amti, 1999).[3]
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.[4]
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan orientasi adalah layanan yang diberikan kepada peserta didik serta pihak-pihak lain untuk mengenal dan memahami keadaan dan situasi yang ada pada lingkungan sekolah secara umum agar peserta didik dapat dengan mudah menyesuaikan diri sebagaimana materi yang diberikan.

Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Kurikulum Bimbingan)

Pengertian
 
Pelayanan Dasar adalah salah satu komponen program Pelayanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif, yang saat ini dikembangkan di Indonesia.  Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Di Amerika Serikat sendiri, istilah pelayanan dasar ini lebih populer dengan sebutan kurikulum bimbingan (guidance curriculum). Tidak jauh berbeda dengan pelayanan dasar, kurikulum bimbingan ini diharapkan dapat memfasilitasi peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu dalam diri siswa yang tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangannya (Bowers & Hatch dalam Fathur Rahman)
Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman tersetruktur yang disebutkan.

Sabtu, 04 Februari 2012

PERAN GURU DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PERAN GURU DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58).
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
 Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
 Realitas di lapangan menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikit :
Prinsip-prinsip program bimbingan
Menurut Salahudin (2010: 136), prinsip dalam membangun program bimbingan dan konseling adalah mengharapkan agar siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur. Sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK secara resmi memang ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum optimal. Dalam kaita ini Belkin (dalam Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan Junaidi (009), menegaskan bahwa untuk menumbuhkembangkan pelayanan BK di sekolah, ada prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut.
  1. Sasaran layanan:
    1. Melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial;
    2. Memerhatikan tahapan perkembangan;
    3. Memerhatikan adanya perbedaan individu dalam layanan.
  2. Berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu:
    1. Menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar;
    2. Timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
  3. Program pelayanan bimbingan dan konseling
    1. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, sehhingga program bimbingan dan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik;
    2. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan;
    3. Program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu;
    4. Program pelayanan bimbingan dan konseling perlu memberikan penilaian hasil layanan.
  4. Berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:
    1. Pelayanan diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri;
    2. Pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya atas kemauan diri sendiri;
    3. Permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu;
    4. Perlu ada kerja sama dengan personal sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang berwenang dalam permasalahan individu; dan
    5. Proses layanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.

A  Langkah-langkah penyusunan dan pelaksanaan program pelayanan bimbingan
1. Permasalahan bimbingan dan konseling di sekolah
Pelayanan bimbingan di sekolah merupakan usaha/ madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling menfasilitasi pengembangan peserta didik , secara individual dan atau kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
Menurut Salahudin (2010: 138-139) ada beberapa hal yang harus diketahui oleh konselor sekolah berkenaan dengan penyelenggaraan BK di sekolah di antaranya:

Jumat, 03 Februari 2012

Konsep Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

A. Pengertian , Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.
Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan pendapatnya: “Evaluation consist of making systematic judgements of the relative effectiveness with which goals are attained in relation to special standards“.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.

Program Bimbingan dan Konseling

A. Program Bimbingan dan Konseling
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi, dengan substansi program pelayanan mencakup: (1) empat bidang, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, sasaran pelayanan (4) , dan (5) volume/beban tugas konselor.
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.
Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu: